[MOST READ] by me^^

☮ Cerpen


UNSUR INTRINSIK CERPEN
1. Tema
"Iklan KPK - Pesan Anti Korupsi"

2. Menentukan  Penokohan
1. Laras : pelajar, putri Pak Bambang = ceria, baik, perhatian, selalu optimis


2. Pak Bambang : Pejabat negara = perhatian, berjiwa kritis

3. Latar
Waktu   : Pagi

Tempat : Halaman Rumah

Pokok-pokok Cerita

1. Laras sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah

2. Dia berpamitan pada Pak Bambang yang juga sudah bersiap-siap pergi ke kantor


3. Pak Bambang memberi pesan dan nasihat kepada Laras

4. Laras pun juga memberi nasihat pada Pak Bambang

5. Pak Bambang terbelalak dan merasa malu di dalam hati

6. Pak Bambang bersiap-siap akan masuk ke dalam mobil, namun dia ditinggalkan oleh supir yang mengendarai mobilnya.

7. Laras yang akan pergi ke sekolah agak berteriak ceria kalau korupsi itu menurutnya basi

Korupsi Itu Basi
 (Eka Ratna Yuliana IX A)
Semburan sinar mentari memulai lagi lembaran barunya dihari yang anggun ini. Rumah mewah bak istana megahdiatas awan itu, terlihat sibuk penghuninya. Suasana pagi di rumah Pak Bambang yang sejuk nan rindang, bak bumi dipayungi. Burung-burung pemilik suara emas mulai menyumbangkan kelebihan mereka, sayupan suara angin ikut menyemarakkan keelokkan suasana ini. Mobil berkelas seorang pejabat negara itu, sekan terdampar di parkiran halaman rumahnya yang lebih luas dari lapangan golf.
Tampak seorang gadis berparas cantik, rambut terurai lurus, memakai pakaian sekolah biru-putih, keluar dari pintu dalam rumahnya. Tidak lain adalah putri semata wayang Pak Bambang. Laras sangat ceria menyambut pagi ini, dia sudah bersiap-siap akan berangkat ke sekolah, agenda rutin kewajibannya sebagai seorang pelajar yang taat pada peraturan.
“Lalalala, lalalala, “ resonansi suara Laras yang menampakkan keceriaan wajahnya, membuat suasana pagi seakan terguncang.
Sedari menyanyi-nyanyi tidak jelas dari tadi, Laras memang sedang menunggu ayahnya sembari memainkan handphonenya untuk mengusir kebosanan. Tak lama kemudian, terlihat Pak Bambang keluar dari dalam pintu rumahnya yang juga sudah bersiap-siap akan berangkat ke kantor.
“Pagi, Pah! “ sapa Laars memulai pembicaraan sembari memasukkan handphonenya ke dalam saku bajunya.
“Pagi, sayang, “ balas Pak Bambang yang sedang berusaha membenarkan dasi bajunya.
“Laras berangkat ke sekolah dulu ya, Pah, “ pamit Laras sembari menjulurkan tangannya bersalaman dengan ayahnya.
“Iya, sayang. Hati-hati di jalan, belajar di sekolah yang benar. Jangan ikut pergaulan macem-macem! Dan ingat, jangan sekali-kali mencoba narkoba, “ ucap Pak Bambang panjang lebar menasehati anaknya.
Pak Bambang segera memalingkan wajahnya dan akan masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba Laras mencegahnya.
“Hmmm, Pah!” cegah Laras.
Pak Bambang tidak jadi masuk ke dalam mobil dan kembali memalingkan wajahnya ke Laras.
“Iya?” tanyanya.
“Papah juga juga hati-hati dijalan, ya,” Laras mengingatkan ayahnya dan Pak Bambang mengangguk.
“Dan jangan ikut-ikut korupsi!” Laras berusaha menasehati ayahnya lagi.
Mendengar anaknya berbicara seperti itu, sontak Pak Bambang kaget dan terbelalak.
“Hah?!” ucapnya sembari melototkan matanya.
Laras hanya tertawa melihat kekagetan ayahnya.
Di dalam hati Pak Bambang merasa bersalah. “Laras memang benar, dia sangat peduli padaku, dia memang anak yang tidak mau orang tuanya terjebak dalam perbuatan haram itu.” Ucapnya dalam hati membenarkan perkataan anaknya.
Setelah saling berpamitan, Pak Bambang siap akan masuk ke dalam mobilnya. Namun dari tadi ia tidak menyadari kalau supir yang mengendarai mobilnya telah mendahuluinya untuk meninggalkannya.
“Hei!” teriak Pak Bambang berusaha menghentikan mobil yang dikendalikan oleh supirnya itu. Tidak tahu bagaimana nasib Pak Bambang yang ditinggalkan oleh supirnya itu, mungkin dia akan memarahi supirnya nanti, atau dia akan naik taksi.
Lain lagi Laras, ketika akan berangkat ke sekolah, dia memekikkan semangat yang bermakna satu untuk semua.
“Korupsi, korupsi, basi! “ teriak Laras sembari mengangkat lengan tangannya ke atas bak pahlawan perjuangan yang sedang pidato kemerdekaan. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju ke sekolah.
END
 Ini saat aku berada di Experia, kelas ter-Ekspresif. Belajar menulis itu menyenangkan!
0 Responses

    Sastra Followers

    Blog Archive

    Popular Entry